Wonderful Natuna - Mendengar nama Natuna, mungkin sebagian orang ketika mendengar namnya sedikit bingung, atau mengerutkan dahi. Mungkin juga kaget dan membatin, “Dimana tuh?”. Bahkan bagi yang pernah dengar, sebagian orang mungkin akan mengira Natuna itu adalah daerah terbelakang. Yah, memang letaknya diujung sendiri dan berada di tengah-tengah laut di Indonesia ini.
Tapi, di balik ketidakpopulerannya itu, ada banyak hal yang harus kamu harus tahu. Kami anak-anak yang lahir atau yang pernah dibesarkan serta hidup lama di Natuna, mempunyai kesan tersendiri tentang kabupaten ini. Yap, berikut ini adalah beberapa pengalaman dan sedikit fakta tentang Natuna, sebuah kepulauan yang mempunyai julukan Mutiara di Ujung Utara ini!
1. Natuna itu (katanya) di NTT dan juga di Riau
Natuna itu NTT? mentang-mentang namanya Natuna jadi respon singkatnya langsung builang NTT.
Jauh beud keleuus…
Mbak-mbak: “Asalnya mana mas?”
Kamu: “Dari Natuna mbak.”
Mbak-mbak: (dahi mengkerut) “Ooh ya, wah jauh ya mas, di NTT ya?”
Kamu: “Bukan Mbak, Natuna itu di Provinsi Kepualuan Riau.”
Mbak-mbak: “Oooh Riau! Ya..ya..ya..”
Kamu: “Bukan Riau Mbak, tapi Kepulauan Riau. Beda dengan Riau.”
Mbak-mbak: “Oh ya ya, Pekanbaru itu kan?”
Kamu: (Tembak mbaknya pake bazoka + lempar granat)
Memang sih, dulu Natuna itu daerah di bawah Provinsi Riau, tapi pada tahun 2002 kami memisahkan diri dengan membentuk Provinsi Baru yaitu Provinsi Kepulauan Riau.
2. Kalau ada orang yang udah tahu dimana letak Natuna itu, mereka pasti punya komentar yang aneh bin ajaib!
Respon pertama: “Kamu dari Natuna ‘kan? Masih Indonesia atau Malaysia sih?”
Memang letaknya yang agak “keluar jalur” Indonesia. Letaknya yang sedikit menjorok ke utara, membuat orang-orang berfikir bahwa Natuna tidak lagi termasuk eilayah Indonesia. Secara geografis letak Natuna sudah di luar jalur perbatasan, sudah “seharusnya” milik negara tetangga itu.
Juga, ditambah lagi ketika mereka mendengar saya dan teman-teman yang dari Natuna sedang berbicara, bahasa dan cengkok melayu, dialek Natuna, yang semakin meyakinkan mereka bahwa Natuna itu bukan termasuk NKRI. Ya tapi dengan bangga kami menjawab,
“Tenang, Garuda masih di dadaku kok!” (Tepuk dada sampe batuk)
Respon kedua: “Wah, itu Natuna? Di sana ada mall dan mobil gak? Sinyal HP gimana?
Alamak.... nggak segitunya juga keleus
Kamu: “Ini lho pulauku” (sambil nunjuk letak Pulau Natuna)
Teman: “Hhaaaah, yang bener itu Natuna? jauh banget! Ada mall gak? indom*ret, alf*mart? Kalo mau belanja kemana? Hutan semua ya? kalian tinggal di gua? Listriknya gimana? sinyal HP ada gak? Internetnya gimana?
Kamu: (diam sejenak, tarik nafas panjang….. Lempar batu bacan!)
yah, begitulah pertanyaan yang bertubi-tubi ketika saya memberi tahu letak pulau Natuna. Memang mall gak ada, indom*ret dan sejenisnya juga belum ada. Kalau mau belanja juga diwarung-warung kelontong dan minimarket aja. Sinyal HP dan internet ya ada lah! Tapi memang agak lelet sih, perlu kesabaran extra untuk menggunakannya.
Listrik? Ada banget!! Emang sering mati juga sih listriknya. Tapi kita juga gak tinggal di hutan juga keleus. Ngebayangin letaknya yang di ujung utara itu membuat orang-orang mengira anak Natuna hidup primitif, masha Allah!! Sebagai nformasi aja sih, di pulau Natuna sudah ada Kantor PLN, Telkom, kantor pos sejak jauh sebelum Natuna jadi kabupaten, ya kira-kira kurang lebih 30 tahun yang lalu.
Bahkan sudah ada stasiun RRI yang katanya adalah stasiun Radio Nasional pertama yang ada di kecamatan di seluruh Indonesia, trus kantor Transmigarsi juga sudah ada di sana saat masih berstatus sebagai kecamatan.
3. Saat orang-orang tahu kamu berasal dari Natuna, mereka bakal mengira kamu adalah anak juragan minyak, alias anak horang kayah!
Bapak-bapak: “Asalnya mana mas?”
Kamu: “Saya dari Natuna, pak”
Bapak-bapak: “Ohh Natuna. Anak orang kaya ni?“
Kaya, itu adalah respon sebagian orang yang mengetahui sedikit tentang Natuna. Mungkin karena Natuna terkenal dengan sumber daya alamnya, terutama gas yang sangat melimpah, bahkan terbesar se-Asia. Dan banyaknya perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di laut Natuna yang memberi gaji yang besar kepada pegawainya.
Padahal, ya belum tentu juga orang tuamu kerja di perusahaan minyak itu. Kalaupun iya, harta yang kamu punya ‘kan milik orang tua! Lagian, cuma sedikit kok, orang asli Natuna yang bekerja di perusahaan minyak di sana. Bisa dihitung jari mungkin.. iya mungkin!
Kalau dikira orang kaya, ya diamini aja. Aamiinnnn. Anak Natuna, aamiinin dulu dooong. (Aamiin….)
4. Meskipun Natuna dikenal sebagai penghasil energi (minyak dan gas), tapi itu semua nggak tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Ya gitu deh, mati listrik jadi suatu hal yang biasa bagi anak Natuna. Jangankan di pulau-pulau sekitar, di ibukota kabupaten saja listrik masih sering datang dan pergi sesuka hati. Apalagi daerah-daerah yang terpencil.
Ada yang jadwal hidup dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Ada juga daerah yang bisa berjam-jam mati listrik, ada juga yang bisa sampai seharian tanpa listrik. Dan saat kamu merantau lalu berhadapan dengan kondisi mati listrik tiba-tiba, kamu si anak rantau Natunalah yang paling santai di kegelapan.
“lah jeseu, yau” (sudah biasaaa…)
5. Kamu patut bersyukur karena rumahmu aman dari gempa dan gunung berapi. Tapi daerahmu sering jadi rebutan oleh negara asing!
Kita sebaiknya bersyukur, meski memang letak pulau berada di paling ujung antah berantah. Tapi Insha Allah, pulau Natuna itu aman dari gempa. Karena posisi pulau ini yang tidak dilewati lempeng-lempeng bumi.
Pulau ini juga tidak berada dalam lingkar api (ring of fire), sehingga pulau ini menjadi aman dari gempa juga bebas dari gunung berapi, sehingga paling tidak kamu nggak perlu khawatir dengan letusan-letusan atau abu terbang.
Tapi ancaman yang sering sih datang dari negara luar. Iya, negara luar yang sering mengklaim bahwa Natuna itu punya mereka. Hmmm…. kasih ga ya? :p
6. Karena kampung halamanmu yang terletak di ujung nusantara, bagimu momen mudik adalah salah satu fase perjuangan besar dalam hidupmu.
Pertama: Harga tiket yang melangit.
Harga tiket yang mahal membuatmu sering-sering berpikir untuk pulang. Harga tiket dari Batam ke Ranai, bisa mencapai 1,4 juta. Nah bagi mereka yang merantau ke Jawa, harus menempuh paling cepat 2 hari perjalanan, sebab kamu harus menginap dulu di Batam atau Pontianak untuk menunggu jadwal pesawat besok paginya.
Sehingga tak jarang bagi mereka yang memilih pulang paling tidak 1 tahun sekali ketika liburan puasa dan Lebaran Idul Fitri. Bahkan ada juga yang baru pulang 2 tahun sekali, dan bahkan bisa lebih kayak Bang Toyib.
Kedua: rute lain yang agak murah meriah adalah dengan naik Kapal Pelni, yang makan tenaga dan waktu banyak!
Ya, rute ini biasa digunakan oleh rekan-rekan yang ada di Jawa. Murah memang, namun lumayan menyita waktu dan juga tenaga. Kalau kamu di Bandung atau Jakarta bisa ke Tanjung Priok, naik kapal tujuan Natuna dengan waktu 3 hari 2 malam.
Kalau kamu di Jogja dan Malang, rute nya ke Tanjung Perak Surabaya, naik kapal tujuan Natuna dengan waktu yang kurang lebih sama. Harga tiket juga terjangkau, nggak sampe 500rb.
Ketiga: titipan orang rumah, teman, tetangga juga bakal mengisi koper-kopermu.
Yap, pesanan! Ini adalah fenomena yang seringkali dialami anak Natuna ketika akan mudik, lebih banyak titipan daripada barang sendiri. Barang titipan juga bermacam-macam, mulai dari kue lebaran, pernak pernih, makanan ringan, alat olahraga, sampai bantal juga.
Alhasil, rencana mudik hanya bawa 1 ransel dan1 koper, bertambah menjadi 2 kardus dan bla-bla-bla. Makanya, sebagian dari mereka terkadang merahasiakan kemudikan mereka, yang tahu hanya 4 elemen saja: kamu, orang tua, tuhan, dan agen tiket.
Hahahaha.
Keempat dan yang terakhir: Kamu harus menempuh jarak beberapa jam untuk sampai ke rumah.
Bagi kamu yang berada di Kecamatan Bunguran Barat, Pulau Laut, Pulau Tiga, Midai, Serasan, dan Serasan Timur. Saat sampai di Ranai, baik menggunakan pesawat maupun kapal laut, kamu masih harus mempertimbangkan jadwal kapal laut kesana. Jarak terjauh yang harus ditempuh berkisar 15 jam, itu juga kalo cuaca bagus kalo pas dimusim utara, yaitu musim dimana angin ribut, hujan dan gelombang besar tiba. Yaaa, wassalam aja…
Dan bagi kamu yang tinggal di Kecamatan yang masih berada di Pulau Bunguran, kamu bisa menggunakan transportasi darat dengan waktu berjam-jam juga, tergantung letak dan kondisi jalan. hmmmmm.
7. Namanya juga daerah terluar di Indonesia, yang namanya hiburan itu pasti udah langka banget!
Jangan harap bisa menemukan mall di Natuna, karena memang tidak ada. Mall terdekat ada di Batam dan Pontianak, … Kendala letak berada di ujung ya ini, mall tidak ada, biskop gak nemu. Mau kopi strabucks atau J.Co? Mimpi dulu…
Tempat hiburannya paling cuma tempat karokean aja, itu juga baru taun 2012an mulai rame. Namun, bagi warga lokal, cukup stay aja di Natuna. Mereka punya cara tersendiri untuk menyenangkan diri, tak harus ke mall, nongkrong di J.Co dll.
8. Tapi bukan berarti anak Natuna Kurang Hiburan. Keindahan alam di Natuna adalah hiburan alami yang tak terkalahkan bahkan oleh mall!
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Natuna tak disia-siakan oleh warga setempat, sebagai pengganti hiburan di mall-mall besar seperti di kota-kota besar.
Wisata alam
Pantai-pantai yang indah di Kepulauan Natuna
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Natuna memang pantas untuk diberdayakan dengan maksimal. Sayangi alam, dan mereka pun akan memberi “kembalian” yang lebih padamu.
Pantai-pantai
Karena Natuna berupa pulau-pulau, sudah barang tentu mempunyai deretan pantai-pantai yang indah, sayang banget kalau dilewatkan begitu saja. Pergi saja di Pantai Teluk Selahang di Pulau Bunguran, Pantai Sisi di Serasan, Pantai Tanjung Harapan di Midai, Pantai Pasir Marus di Sedanau, dan masih banyak lagi!
Gunung-gunung
Daki saja gunungnya, gak terlalu tinggi kok, sekitar 999 mdpl!
Batu-batu
Ini salah satu daya tarik Natuna yang lain, batu-batu. Yap, baik pantai dan gunung di Natuna banyak terdapat batu-batu granit besar dan indah. Batu Sindu, Batu Rusia, dan Batu Alif di Bunguran Timur.
Batu Sindu
Batu Kasah dan Batu Gajah di Bunguran Selatan, dan masih banyak lagi!
Pulau-pulau
Banyak destinasi pulau-pulau kecil yang bisa dikunjungi di Natuna, dan semuanya, amazing!
Agar jalan-jalanmu makin berkah, mampir aja ke Masjid Agung Natuna!
Untuk mengenang sejarah, Natuna juga punya museum!
9. Bicara soal perut dan kunya-mengunyah, Natuna punya kuliner khas yang bikin lidahmu ketagihan!
Karena Natuna merupakan daerah Kepulauan, so makanan khas yang paling utama adalah makanan yang berasal dari laut. Ikan, kerang, gurita, cumi dengan aneka bentuk masakan adalah hal yang sangat disayangkan bila anda melewatinya. Ada makanan khasnya juga lho….
Ada tabel mando/ PizzaNa (Pizza Natuna)
Tabel Mando adalah makanan khas dari Natuna. Terbuat dari sagu, ikan, dan campuran rempah-rempah pilihan lainnya. Kami menyebutnya pizza Natuna, karena disajikan dalam bentuk bulat besar seperti pizza. Sangat mantap disantap selagi hangat, dicecah (dicocol) dengan saus dengan pasangannya air kahwe (kopi).
Ada kernas, cuco Ubi, aneka gorengan
Dipadu dengan air kelapa sambil bersantai di bebatuan dan pantai. Wuih, ajiibb coy, kamu harus nyobain!
10. Setiap daerah di Indonesia itu punya ciri khas masing-masing. tak terkecuali Natuna!
Kekah, hewan asli Natuna
Kekah adalah hewan primata langka yang hanya ada di daerah Kabupaten Natuna, yakni pulau Bunguran Besar. Nama latin primata ini adalah Presbytis Natunae. Kekah tersebar dalam beberapa tipe habitat dan ketinggian (gunung tertinggi adalah Gunung Ranai 1.035 m dpl). Habitat yang dihuni Kekah Natuna antara lain, hutan primer pegunungan, hutan sekunder, kebun karet tua, daerah riparian, dan juga ditemui beririsan dengan hutan mangrove dan kebun campuran.
Serindit melayu
Kabupaten Natuna, khususnya Kota Ranai dijuluki sebagai Kota Serindit, dan ternyata itu merupakan nama Burung. Yap, Burung Serindit, atau Burung Punai atau dalam nama ilmiahnya Loriculus galgulus adalah sejenis burung yang terdapat di dalam genus burung serindit Loriculus. Burung ini berukuran kecil, dengan panjang mencapai 12cm. Bulunya didominasi oleh warna hijau dengan bulu ekor berwarna merah.
Burung jantan dan betina serupa. Burung serindit jantan memiliki bercak kepala berwarna biru dan bercak tenggorokan berwarna merah. Burung betina berwarna lebih kusam dibanding jantan.
11. Para penduduk di Natuna juga bermacam-macam dan punya khasnya sendiri!
Soal logat dan cengkok mereka
“Deak, mbese itak kohndok?”
“Lah lom? ”
‘”Deak au ni, nak goop ngan pak ngan nggo.”
“sah nak gaya lah, lik nu ku…”
Jangankan di luar daerah-daerah Melayu seperti Jawa, dan Kalimantan, sesama daerah Melayu saja seperti daerah Riau, Melayu Kalimantan Barat, bahkan sesama Provinsi Kepulauan Riau sendiri banyak yang tidak mengerti bahasa asli melayu Natuna ini. Bahasa Melayu yang aneh memang, lain dari pada yang lain. Keanehan itu mengartikan, bahwa Natuna pernah mempunyai peradaban yang besar pada masa dahulu.
Sebenarnya sih ada berbagai macam logat dan cengkok di Natuna. Di Bunguran Timur contohnya, huruf vokal dari bahasanya kebanyakan huruf “E” plus bahasa dan kata yang pengucapannya disingkat-singkat. Contohnya kata “Sungai Ulu” mereka bilang “Ngulu”, kata Setengar mereka bilang “Tenga”, kata “Pedek Pasek” mereka sebut “Dek esek”. Ya gitu deh, hahaha…
Lain lagi di Bunguran Barat, huruf vokal dalam bahasanya kebanyakan O, jadi kalau BunguranTimur bilang tidak itu “ndek”, bunguran Barat menyebutnya “ndok”. Belum lagi Midai, Pulau Laut, Serasan, semua punya keunikan masing-masing.
Dan uniknya, ketika merantau si anak Natuna ini bisa cepat beradaptasi dengan logat tempat ia merantau. Nggak heran, banyak orang yang nggak bakal percaya kalau kamu berasal dari Natuna. Dan logat itu tentu masih bakal nongol ketika kamu bertemu dengan sesama orang Natuna di tanah rantau. Heheee….
Penduduk di Natuna sangat beragam, karena ada banyak pendatang yang memilih untuk menjadikan Natuna kampung halaman mereka.
Penduduk Natuna bisa datang darimana saja. Bahkan, sepanjang tahun 1970-1980 banyak orang luar yang hijrah ke pulau ini lewat program transmigrasi. Mereka berkeluarga dan akhirnya menjadikan Natuna ini sebagai kampung halaman mereka. Bugis, Batak, Jawa, Lampung, kalau sudah lahir dan besar di pulau ini, mereka tetap menganggap diri mereka sebagai anak Natuna.
Yang uniknya ketika mereka memadukan bahasa ibu mereka dengan bahasa melayu Natuna,
“Awan ndek nak, mbehal awak makse awan”
Nah, coba baca dengan logat Jawa.
Siapapun kamu dan darimanapun asal daerahmu, ketika orang bertanya asalmu darimana, kamu akan dengan mantap menjawab:
“Natuna!”
12. Walau kamu pernah merantau meninggalkan Natuna. kamu selalu berjanji untuk pulang ke Natuna. Kamu ingin berguna dan berkontribusi bagi tanah kelahiranmu ini!
Banyak sekali penduduk Natuna, terutama mahasiswa, yang merantau dan menuntut ilmu di Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Setelah lulus, mereka rela pulang ke kampung halaman untuk membangun daerahnya. Dengan berbekal ilmu yang sudah didapat di tempat rantau, mereka pasti punya niat mengembangkan kota asal menjadi kota yang lebih besar.
Yang menuntut ilmu Keguruan akan mengembangkan pendidikan di daerah nya. Bidang pembangunan, jelas ingin mengembangun daerahnya menjadi lebih baik. Bidang Pemerintahan ingin membangun daerah di sektor pemerintahan, menjadi pelayan bagi warga sipil. Dan banyak lagi!
Sebagai anak Natuna, kamu tidak akan peduli dengan hiburan yang seadanya, jalan-jalan yang belum mulus, akses internet yang lamban dan listrik yang minim. Bagimu, yang terpenting adalah membangun tempatmu dilahirkan dan dibesarkan menjadi lebih baik!
Ketika orang bertanya apakah kamu bangga jadi anak Natuna yang tinggal di ujung sana? Tersenyum dan jawablah dengan lantang:
“JELAS LAH, AKU BANGGA JADI ANAK NATUNA!”
Sumber : http://toknyong.blogspot.com/
Tapi, di balik ketidakpopulerannya itu, ada banyak hal yang harus kamu harus tahu. Kami anak-anak yang lahir atau yang pernah dibesarkan serta hidup lama di Natuna, mempunyai kesan tersendiri tentang kabupaten ini. Yap, berikut ini adalah beberapa pengalaman dan sedikit fakta tentang Natuna, sebuah kepulauan yang mempunyai julukan Mutiara di Ujung Utara ini!
1. Natuna itu (katanya) di NTT dan juga di Riau
Natuna itu NTT? mentang-mentang namanya Natuna jadi respon singkatnya langsung builang NTT.
Jauh beud keleuus…
Mbak-mbak: “Asalnya mana mas?”
Kamu: “Dari Natuna mbak.”
Mbak-mbak: (dahi mengkerut) “Ooh ya, wah jauh ya mas, di NTT ya?”
Kamu: “Bukan Mbak, Natuna itu di Provinsi Kepualuan Riau.”
Mbak-mbak: “Oooh Riau! Ya..ya..ya..”
Kamu: “Bukan Riau Mbak, tapi Kepulauan Riau. Beda dengan Riau.”
Mbak-mbak: “Oh ya ya, Pekanbaru itu kan?”
Kamu: (Tembak mbaknya pake bazoka + lempar granat)
Memang sih, dulu Natuna itu daerah di bawah Provinsi Riau, tapi pada tahun 2002 kami memisahkan diri dengan membentuk Provinsi Baru yaitu Provinsi Kepulauan Riau.
2. Kalau ada orang yang udah tahu dimana letak Natuna itu, mereka pasti punya komentar yang aneh bin ajaib!
Respon pertama: “Kamu dari Natuna ‘kan? Masih Indonesia atau Malaysia sih?”
Memang letaknya yang agak “keluar jalur” Indonesia. Letaknya yang sedikit menjorok ke utara, membuat orang-orang berfikir bahwa Natuna tidak lagi termasuk eilayah Indonesia. Secara geografis letak Natuna sudah di luar jalur perbatasan, sudah “seharusnya” milik negara tetangga itu.
Juga, ditambah lagi ketika mereka mendengar saya dan teman-teman yang dari Natuna sedang berbicara, bahasa dan cengkok melayu, dialek Natuna, yang semakin meyakinkan mereka bahwa Natuna itu bukan termasuk NKRI. Ya tapi dengan bangga kami menjawab,
“Tenang, Garuda masih di dadaku kok!” (Tepuk dada sampe batuk)
Respon kedua: “Wah, itu Natuna? Di sana ada mall dan mobil gak? Sinyal HP gimana?
Alamak.... nggak segitunya juga keleus
Kamu: “Ini lho pulauku” (sambil nunjuk letak Pulau Natuna)
Teman: “Hhaaaah, yang bener itu Natuna? jauh banget! Ada mall gak? indom*ret, alf*mart? Kalo mau belanja kemana? Hutan semua ya? kalian tinggal di gua? Listriknya gimana? sinyal HP ada gak? Internetnya gimana?
Kamu: (diam sejenak, tarik nafas panjang….. Lempar batu bacan!)
yah, begitulah pertanyaan yang bertubi-tubi ketika saya memberi tahu letak pulau Natuna. Memang mall gak ada, indom*ret dan sejenisnya juga belum ada. Kalau mau belanja juga diwarung-warung kelontong dan minimarket aja. Sinyal HP dan internet ya ada lah! Tapi memang agak lelet sih, perlu kesabaran extra untuk menggunakannya.
Listrik? Ada banget!! Emang sering mati juga sih listriknya. Tapi kita juga gak tinggal di hutan juga keleus. Ngebayangin letaknya yang di ujung utara itu membuat orang-orang mengira anak Natuna hidup primitif, masha Allah!! Sebagai nformasi aja sih, di pulau Natuna sudah ada Kantor PLN, Telkom, kantor pos sejak jauh sebelum Natuna jadi kabupaten, ya kira-kira kurang lebih 30 tahun yang lalu.
Bahkan sudah ada stasiun RRI yang katanya adalah stasiun Radio Nasional pertama yang ada di kecamatan di seluruh Indonesia, trus kantor Transmigarsi juga sudah ada di sana saat masih berstatus sebagai kecamatan.
3. Saat orang-orang tahu kamu berasal dari Natuna, mereka bakal mengira kamu adalah anak juragan minyak, alias anak horang kayah!
Bapak-bapak: “Asalnya mana mas?”
Kamu: “Saya dari Natuna, pak”
Bapak-bapak: “Ohh Natuna. Anak orang kaya ni?“
Kaya, itu adalah respon sebagian orang yang mengetahui sedikit tentang Natuna. Mungkin karena Natuna terkenal dengan sumber daya alamnya, terutama gas yang sangat melimpah, bahkan terbesar se-Asia. Dan banyaknya perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di laut Natuna yang memberi gaji yang besar kepada pegawainya.
Padahal, ya belum tentu juga orang tuamu kerja di perusahaan minyak itu. Kalaupun iya, harta yang kamu punya ‘kan milik orang tua! Lagian, cuma sedikit kok, orang asli Natuna yang bekerja di perusahaan minyak di sana. Bisa dihitung jari mungkin.. iya mungkin!
Kalau dikira orang kaya, ya diamini aja. Aamiinnnn. Anak Natuna, aamiinin dulu dooong. (Aamiin….)
4. Meskipun Natuna dikenal sebagai penghasil energi (minyak dan gas), tapi itu semua nggak tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Ya gitu deh, mati listrik jadi suatu hal yang biasa bagi anak Natuna. Jangankan di pulau-pulau sekitar, di ibukota kabupaten saja listrik masih sering datang dan pergi sesuka hati. Apalagi daerah-daerah yang terpencil.
Ada yang jadwal hidup dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Ada juga daerah yang bisa berjam-jam mati listrik, ada juga yang bisa sampai seharian tanpa listrik. Dan saat kamu merantau lalu berhadapan dengan kondisi mati listrik tiba-tiba, kamu si anak rantau Natunalah yang paling santai di kegelapan.
“lah jeseu, yau” (sudah biasaaa…)
5. Kamu patut bersyukur karena rumahmu aman dari gempa dan gunung berapi. Tapi daerahmu sering jadi rebutan oleh negara asing!
Kita sebaiknya bersyukur, meski memang letak pulau berada di paling ujung antah berantah. Tapi Insha Allah, pulau Natuna itu aman dari gempa. Karena posisi pulau ini yang tidak dilewati lempeng-lempeng bumi.
Pulau ini juga tidak berada dalam lingkar api (ring of fire), sehingga pulau ini menjadi aman dari gempa juga bebas dari gunung berapi, sehingga paling tidak kamu nggak perlu khawatir dengan letusan-letusan atau abu terbang.
Tapi ancaman yang sering sih datang dari negara luar. Iya, negara luar yang sering mengklaim bahwa Natuna itu punya mereka. Hmmm…. kasih ga ya? :p
6. Karena kampung halamanmu yang terletak di ujung nusantara, bagimu momen mudik adalah salah satu fase perjuangan besar dalam hidupmu.
Pertama: Harga tiket yang melangit.
Harga tiket yang mahal membuatmu sering-sering berpikir untuk pulang. Harga tiket dari Batam ke Ranai, bisa mencapai 1,4 juta. Nah bagi mereka yang merantau ke Jawa, harus menempuh paling cepat 2 hari perjalanan, sebab kamu harus menginap dulu di Batam atau Pontianak untuk menunggu jadwal pesawat besok paginya.
Sehingga tak jarang bagi mereka yang memilih pulang paling tidak 1 tahun sekali ketika liburan puasa dan Lebaran Idul Fitri. Bahkan ada juga yang baru pulang 2 tahun sekali, dan bahkan bisa lebih kayak Bang Toyib.
Kedua: rute lain yang agak murah meriah adalah dengan naik Kapal Pelni, yang makan tenaga dan waktu banyak!
Ya, rute ini biasa digunakan oleh rekan-rekan yang ada di Jawa. Murah memang, namun lumayan menyita waktu dan juga tenaga. Kalau kamu di Bandung atau Jakarta bisa ke Tanjung Priok, naik kapal tujuan Natuna dengan waktu 3 hari 2 malam.
Kalau kamu di Jogja dan Malang, rute nya ke Tanjung Perak Surabaya, naik kapal tujuan Natuna dengan waktu yang kurang lebih sama. Harga tiket juga terjangkau, nggak sampe 500rb.
Ketiga: titipan orang rumah, teman, tetangga juga bakal mengisi koper-kopermu.
Yap, pesanan! Ini adalah fenomena yang seringkali dialami anak Natuna ketika akan mudik, lebih banyak titipan daripada barang sendiri. Barang titipan juga bermacam-macam, mulai dari kue lebaran, pernak pernih, makanan ringan, alat olahraga, sampai bantal juga.
Alhasil, rencana mudik hanya bawa 1 ransel dan1 koper, bertambah menjadi 2 kardus dan bla-bla-bla. Makanya, sebagian dari mereka terkadang merahasiakan kemudikan mereka, yang tahu hanya 4 elemen saja: kamu, orang tua, tuhan, dan agen tiket.
Hahahaha.
Keempat dan yang terakhir: Kamu harus menempuh jarak beberapa jam untuk sampai ke rumah.
Bagi kamu yang berada di Kecamatan Bunguran Barat, Pulau Laut, Pulau Tiga, Midai, Serasan, dan Serasan Timur. Saat sampai di Ranai, baik menggunakan pesawat maupun kapal laut, kamu masih harus mempertimbangkan jadwal kapal laut kesana. Jarak terjauh yang harus ditempuh berkisar 15 jam, itu juga kalo cuaca bagus kalo pas dimusim utara, yaitu musim dimana angin ribut, hujan dan gelombang besar tiba. Yaaa, wassalam aja…
Dan bagi kamu yang tinggal di Kecamatan yang masih berada di Pulau Bunguran, kamu bisa menggunakan transportasi darat dengan waktu berjam-jam juga, tergantung letak dan kondisi jalan. hmmmmm.
7. Namanya juga daerah terluar di Indonesia, yang namanya hiburan itu pasti udah langka banget!
Jangan harap bisa menemukan mall di Natuna, karena memang tidak ada. Mall terdekat ada di Batam dan Pontianak, … Kendala letak berada di ujung ya ini, mall tidak ada, biskop gak nemu. Mau kopi strabucks atau J.Co? Mimpi dulu…
Tempat hiburannya paling cuma tempat karokean aja, itu juga baru taun 2012an mulai rame. Namun, bagi warga lokal, cukup stay aja di Natuna. Mereka punya cara tersendiri untuk menyenangkan diri, tak harus ke mall, nongkrong di J.Co dll.
8. Tapi bukan berarti anak Natuna Kurang Hiburan. Keindahan alam di Natuna adalah hiburan alami yang tak terkalahkan bahkan oleh mall!
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Natuna tak disia-siakan oleh warga setempat, sebagai pengganti hiburan di mall-mall besar seperti di kota-kota besar.
Wisata alam
Pantai-pantai yang indah di Kepulauan Natuna
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Natuna memang pantas untuk diberdayakan dengan maksimal. Sayangi alam, dan mereka pun akan memberi “kembalian” yang lebih padamu.
Pantai-pantai
Karena Natuna berupa pulau-pulau, sudah barang tentu mempunyai deretan pantai-pantai yang indah, sayang banget kalau dilewatkan begitu saja. Pergi saja di Pantai Teluk Selahang di Pulau Bunguran, Pantai Sisi di Serasan, Pantai Tanjung Harapan di Midai, Pantai Pasir Marus di Sedanau, dan masih banyak lagi!
Gunung-gunung
Daki saja gunungnya, gak terlalu tinggi kok, sekitar 999 mdpl!
Batu-batu
Ini salah satu daya tarik Natuna yang lain, batu-batu. Yap, baik pantai dan gunung di Natuna banyak terdapat batu-batu granit besar dan indah. Batu Sindu, Batu Rusia, dan Batu Alif di Bunguran Timur.
Batu Sindu
Batu Kasah dan Batu Gajah di Bunguran Selatan, dan masih banyak lagi!
Pulau-pulau
Banyak destinasi pulau-pulau kecil yang bisa dikunjungi di Natuna, dan semuanya, amazing!
Agar jalan-jalanmu makin berkah, mampir aja ke Masjid Agung Natuna!
Untuk mengenang sejarah, Natuna juga punya museum!
9. Bicara soal perut dan kunya-mengunyah, Natuna punya kuliner khas yang bikin lidahmu ketagihan!
Karena Natuna merupakan daerah Kepulauan, so makanan khas yang paling utama adalah makanan yang berasal dari laut. Ikan, kerang, gurita, cumi dengan aneka bentuk masakan adalah hal yang sangat disayangkan bila anda melewatinya. Ada makanan khasnya juga lho….
Ada tabel mando/ PizzaNa (Pizza Natuna)
Tabel Mando adalah makanan khas dari Natuna. Terbuat dari sagu, ikan, dan campuran rempah-rempah pilihan lainnya. Kami menyebutnya pizza Natuna, karena disajikan dalam bentuk bulat besar seperti pizza. Sangat mantap disantap selagi hangat, dicecah (dicocol) dengan saus dengan pasangannya air kahwe (kopi).
Ada kernas, cuco Ubi, aneka gorengan
Dipadu dengan air kelapa sambil bersantai di bebatuan dan pantai. Wuih, ajiibb coy, kamu harus nyobain!
10. Setiap daerah di Indonesia itu punya ciri khas masing-masing. tak terkecuali Natuna!
Kekah, hewan asli Natuna
Kekah adalah hewan primata langka yang hanya ada di daerah Kabupaten Natuna, yakni pulau Bunguran Besar. Nama latin primata ini adalah Presbytis Natunae. Kekah tersebar dalam beberapa tipe habitat dan ketinggian (gunung tertinggi adalah Gunung Ranai 1.035 m dpl). Habitat yang dihuni Kekah Natuna antara lain, hutan primer pegunungan, hutan sekunder, kebun karet tua, daerah riparian, dan juga ditemui beririsan dengan hutan mangrove dan kebun campuran.
Serindit melayu
Kabupaten Natuna, khususnya Kota Ranai dijuluki sebagai Kota Serindit, dan ternyata itu merupakan nama Burung. Yap, Burung Serindit, atau Burung Punai atau dalam nama ilmiahnya Loriculus galgulus adalah sejenis burung yang terdapat di dalam genus burung serindit Loriculus. Burung ini berukuran kecil, dengan panjang mencapai 12cm. Bulunya didominasi oleh warna hijau dengan bulu ekor berwarna merah.
Burung jantan dan betina serupa. Burung serindit jantan memiliki bercak kepala berwarna biru dan bercak tenggorokan berwarna merah. Burung betina berwarna lebih kusam dibanding jantan.
11. Para penduduk di Natuna juga bermacam-macam dan punya khasnya sendiri!
Soal logat dan cengkok mereka
“Deak, mbese itak kohndok?”
“Lah lom? ”
‘”Deak au ni, nak goop ngan pak ngan nggo.”
“sah nak gaya lah, lik nu ku…”
Jangankan di luar daerah-daerah Melayu seperti Jawa, dan Kalimantan, sesama daerah Melayu saja seperti daerah Riau, Melayu Kalimantan Barat, bahkan sesama Provinsi Kepulauan Riau sendiri banyak yang tidak mengerti bahasa asli melayu Natuna ini. Bahasa Melayu yang aneh memang, lain dari pada yang lain. Keanehan itu mengartikan, bahwa Natuna pernah mempunyai peradaban yang besar pada masa dahulu.
Sebenarnya sih ada berbagai macam logat dan cengkok di Natuna. Di Bunguran Timur contohnya, huruf vokal dari bahasanya kebanyakan huruf “E” plus bahasa dan kata yang pengucapannya disingkat-singkat. Contohnya kata “Sungai Ulu” mereka bilang “Ngulu”, kata Setengar mereka bilang “Tenga”, kata “Pedek Pasek” mereka sebut “Dek esek”. Ya gitu deh, hahaha…
Lain lagi di Bunguran Barat, huruf vokal dalam bahasanya kebanyakan O, jadi kalau BunguranTimur bilang tidak itu “ndek”, bunguran Barat menyebutnya “ndok”. Belum lagi Midai, Pulau Laut, Serasan, semua punya keunikan masing-masing.
Dan uniknya, ketika merantau si anak Natuna ini bisa cepat beradaptasi dengan logat tempat ia merantau. Nggak heran, banyak orang yang nggak bakal percaya kalau kamu berasal dari Natuna. Dan logat itu tentu masih bakal nongol ketika kamu bertemu dengan sesama orang Natuna di tanah rantau. Heheee….
Penduduk di Natuna sangat beragam, karena ada banyak pendatang yang memilih untuk menjadikan Natuna kampung halaman mereka.
Penduduk Natuna bisa datang darimana saja. Bahkan, sepanjang tahun 1970-1980 banyak orang luar yang hijrah ke pulau ini lewat program transmigrasi. Mereka berkeluarga dan akhirnya menjadikan Natuna ini sebagai kampung halaman mereka. Bugis, Batak, Jawa, Lampung, kalau sudah lahir dan besar di pulau ini, mereka tetap menganggap diri mereka sebagai anak Natuna.
Yang uniknya ketika mereka memadukan bahasa ibu mereka dengan bahasa melayu Natuna,
“Awan ndek nak, mbehal awak makse awan”
Nah, coba baca dengan logat Jawa.
Siapapun kamu dan darimanapun asal daerahmu, ketika orang bertanya asalmu darimana, kamu akan dengan mantap menjawab:
“Natuna!”
12. Walau kamu pernah merantau meninggalkan Natuna. kamu selalu berjanji untuk pulang ke Natuna. Kamu ingin berguna dan berkontribusi bagi tanah kelahiranmu ini!
Banyak sekali penduduk Natuna, terutama mahasiswa, yang merantau dan menuntut ilmu di Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Setelah lulus, mereka rela pulang ke kampung halaman untuk membangun daerahnya. Dengan berbekal ilmu yang sudah didapat di tempat rantau, mereka pasti punya niat mengembangkan kota asal menjadi kota yang lebih besar.
Yang menuntut ilmu Keguruan akan mengembangkan pendidikan di daerah nya. Bidang pembangunan, jelas ingin mengembangun daerahnya menjadi lebih baik. Bidang Pemerintahan ingin membangun daerah di sektor pemerintahan, menjadi pelayan bagi warga sipil. Dan banyak lagi!
Sebagai anak Natuna, kamu tidak akan peduli dengan hiburan yang seadanya, jalan-jalan yang belum mulus, akses internet yang lamban dan listrik yang minim. Bagimu, yang terpenting adalah membangun tempatmu dilahirkan dan dibesarkan menjadi lebih baik!
Ketika orang bertanya apakah kamu bangga jadi anak Natuna yang tinggal di ujung sana? Tersenyum dan jawablah dengan lantang:
“JELAS LAH, AKU BANGGA JADI ANAK NATUNA!”
Sumber : http://toknyong.blogspot.com/
0 komentar