Kekayaan Minyak dan Gas Alam Pulau Sekatung

By    
Wonderful Natuna - Salah satu blok migas yakni Blok Natuna D-Alpha saja, berdasarkan kajian pemerintah, menyimpan sekitar 500 juta barel minyak dan gas, dengan total potensi gasnya ditaksir 222 triliun kaki kubik, dan ini merupakan cadangan terbesar di dunia yang tidak akan habis dieksplorasi selama 30 tahun ke depan. Oleh karenanya, sulit diterima akal sehat jika BBM langka di Natuna, karena dengan kandungan minyak dan gas yang berlimpah itu mestinya tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan warga Natuna yang tidak lebih dari 100 ribu jiwa, tetapi juga bisa mencukupi lebih separo masyarakat Indonesia.

Sementara itu, nilai ekonomi dari minyak dan gas di Natuna mencapai triliunan rupiah itu bisa dilihat dari kandungan yang terdata. Potensi gas yang recoverable atau yang bisa diperkirakan di Natuna sebesar 46 tcf (triliun cubic feet) setara dengan 8,383 miliar barel minyak, jika diasumsikan harga rata-rata minyak 75 dollar AS per barel selama periode eksploitasi, maka nilai potensi ekonomi gas Natuna 628,725 miliar dollar AS, setara dengan 6.287,25 triliun rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS dan itu lebih tinggi dibanding APBN 2010 yang hanya 1.047,7 triliun rupiah.

Tapi anehnya Penerimaan negara dari Migas di Natuna ini sangat misterius karena kita tidak tahu apa-apa,” Menurut Ketua Komisi VII DPR Agusman Effendi dalam pertemuan dengan staf Badan Pelaksana Kontrak Migas (BP Migas) dan konsorsium pengelolaan Migas Natuna, di Batam, Rabu (14/12).

Sejumlah anggota komisi mempertanyakan nilai nominal yang diberikan perusahaan konsorsium itu kepada negara dan berapa jumlah uang yang dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi penyedotan Migas di Natuna.

Pertanyaan para anggota komisi tidak dapat dijawab Amir Hamzah (Kepala Humas BP Migas) maupun ketiga staf Humas yang mewakili korporasi asing bidang minyak yakni Conoco Phillips, Premier Oil dan Star Energy.

Kita ini dibodohi terus, negara selama ini hanya terima pajak dari mereka, tapi bagaimana dengan pembagian dari hasil Migas yang diambil dari bumi kita,sebenernya yang salah kita tak pernah tegas dalam hal perhitungan bagi hasil antara kita pemerintah dan pihak asing sehingga kita selalu di korbankan dalam hal ini, dan sehingga kita lamban dalam hal pembangunan daerah kita.

Pemerintah harus mulai memikirkan untuk membangun instalasi pengolahan minyak dan gas dari bahan mentah ke bahan jadi dan siap pakai di Natuna. Tidak seperti yang terjadi selama ini, yaitu minyak dan gas dari Natuna di kirim ke Singapura dengan harga rendah lalu diolah menjadi produk BBM siap pakai kemudian Singapura mengekspornya kembali ke Indonesia dengan harga tinggi.
Kita sangat menyesalkan pemerintah yang memberlakukan sistem “metring” (pengukuran volume gas yang disalurkan lewat pipa bawah laut ke Singapura) yang dilakukan di Pulau Sakra yang berada di wilayah Singapura.

Cara pengukuran semancam ini, menyebabkan kedaultan negara seolah berada di pihak pengimpor Migas, bukan di pihak kita.

Oleh karena itu, pemerintah harus punya sikap yang tegas terhadap pengelola migas di dalam negeri agar produksinya bisa dijual di dalam negeri. Misalnya saja untuk produksi migas di Natuna, Provinsi Kepri, yang sebagian besar produksinya untuk ekspor ke Singapura dan Malaysia , padahal pengusaha di Natuna dan sekitarnya seperti di Batam sangat membutuhkan pasokan gas, misalnya PLN Batam yang sebagian besar mesin pembangkitnya dari gas sehingga perusahaan itu membutuhkan gas dalam jumlah besar.

Pulau Sekatung adalah pulau mungil yang berbatasan langsung dengan Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Luas daratan pulau ini hanya sekitar 1,65 kilometer persegi. ”Dari Pulau Sekatung, kita lebih dekat ke Ho Chi Minh City (Vietnam) daripada ke Jakarta yang berjarak 1.000 kilometer lebih. Penghuninya terdiri dari 5 KK, ditambah pengamanan dari 2 personil divisi navigasi, 1 Kompi Satgas Marinir. Pulau ini juga bagian dari 12 pulau – pulau kecil yang secara administratif masuk ke wilayah Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, berdasarkan Keppres R.I. Nomor 78 tahun 2005. Pulau Sekatung termasuk dalam 12 pulau terluar yang memerlukan penanganan khusus.
Mengingat letak geografisnya, tidak pelak Pulau Sekatung bernilai strategis.

Pulau ini, bersama pulau terluar lain, menjadi titik dasar dari garis pangkal kepulauan yang menentukan wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen Indonesia. Sederhananya, Pulau Sekatung penting karena membentuk batas wilayah kedaulatan Indonesia.Meski bernilai sangat strategis, Pulau Sekatung baru berpenghuni pada 2007.

Saat itu, Pemerintah Kabupaten medirikan lima rumah untuk ditempati lima keluarga. Tak lama kemudian ditempatkan satu peleton pasukan TNI Angkatan Darat di pulau itu. Mereka memiliki pos penjagaan di area puncak bukit Pulau Sekatung. Pos ini menghadap ke Pulau Laut, bukan ke arah perbatasan dengan negara asing.

Dengan dikelilingi air laut yang masih bening, Pulau Sekatung sangat indah. Udaranya pun segar dan bebas polusi. Terumbu Karang Pulau Sekatung dikelilingi gugusan terumbu karang yang cukup lebar. Jarak antara batas daratan dengan bibir karang di bagian tenggara pulau tersebut mencapai 2 km. Pada saat surut terendah, sebagian areal perairan dangkal tersebut akan kering, kecuali bagian cekungan yang merupakan alur keluar masuk perahu atau kapal nelayan.

Pada saat pasang dan digenangi air, ditemukan beberapa biota diantaranya penyu sisik, beberapa gerombolan ikan hias dan anakan ikan baronang. Terumbu karang ditemukan pada kedalaman 3-5 meter dengan persentase penutupan terumbu karang sekitar 9%. Genus-genus karang yang ditemukan di Pulau Sekatung adalah Porites, Acropora, Favites, Goniopora, Fungia, Pocillopora, Favia, Lobophyllia, Stylophora, Astreopora, Montipora dan Galaxea.

Jenis pantai di Pulau Sekatung yaitu pantai bertebing curam dan vegetasi yang dominan terdapat di pulau ini adalah semak belukar berupa pohon hutan dengan kerapatan 5 s/d 10 individu/100m2 yang tumbuh. Sayangnya, pulau ini memiliki fasilitas yang minim sehingga tak nyaman dihuni. Kondisi Pulau Sekatung juga tidak memiliki sumber air bersih. Situasi ini membuat makin sedikit warga yang benar-benar tinggal di Pulau Sekatung.

0 komentar